Piek Ardijanto Soeprijadi (1929-2001) seorang lelaki tua menyadap senja mengail di tepi telaga pandang menebar sekitar menampung sisa sinar menangkap sunyi menjalar lelaki tua itu dalam hening ke danau mencemplungkan […]
Month: September 2017
Puisi: Tembang Nelayan Diri Hari – Tri Astoto Kodarie
Tri Astoto Kodarie ada yang terkabarkan dari kepulangan itu geladak perahumu bau kan dan membisu sementara tangan-tangan ombak menyatu sangsi dan lesu adakah keringatmu masih berbau garam? keletikan adalah buih-buih […]
Puisi: Menanam Bunga – Yus R. Ismail
Yus R. Ismail akulah air yang menyiram akar mawar akulah matahari yang membakar daun kehidupan akulah bumi tempat segala sunyi mencari cermin sendiri akulah angin yang membawa harum ke parfum-prfum […]
Puisi: Pascakolonialisme Brandon Venzord – Boy Riza Utama
Boy Riza Utama Ia merasa dirinya Hindia yang utuh : Dialektika dalam paspor Belanda “Aku lupa, ada Jan dalam namaku, Tanpa Coen, dan seseorang, di laut, Telah menggunting bayanganku.” Ia […]
Puisi: Pencarian – Anwar Noeris
Anwar Noeris aku telah memutuskan berhenti mencarimu sebab aku tahu kau tak melekat di benda-benda, di semilir angin, di gemericik air. kini aku tinggal masuk ke dalam diriku, menjumpaimu seutuhnya. […]
Puisi: Kami Penabur – Asmara Hadi (1915-1976)
Asmara Hadi (1915-1976) Kami bekerdja dipadang masa Menaburkan benih tjinta mulia Jang nanti akan senantiasa Semerbakkan wangi bahgia-dunia Tapi kami hanja penabur Bila dunia berbahagia nanti Kami sudah lama berkubur […]
Puisi: Semangat Demokrasi – Asmara Hadi (1915-1976)
Asmara Hadi (1915-1976) Gemilang pagi mandi tjahaja Bangun alam kilau-kilauan Bisik berbisik nikmat rasanja Angin mesra mentjium Priangan Burung bernjanji girang bahgia Melompat dari dahan kedahan Daun dan bunga bertabur […]
Puisi: Nasib Tanah Airku – Asmara Hadi (1915-1976)
Asmara Hadi (1915-1976) I Panas jang terik datang membakar Lemahlah kembang hampirlah mati Tunduk tergantung bersedih hati Mohon air kepada akar Mendapat air amatlah sukar Belumlah turun hudjan dinanti Musim […]
Puisi: Sonetarium – Arif Rizki
Arif Rizki Tak perlu tunggu aku di kalimat terakhir sajak ini. Aku tak berada di sana, dan tak ada di mana-mana. Aku telah mengakhiri diri sendiri jauh sebelum kata pertama. […]
Puisi: Dengan Puisi – Sjahril Latif (1940-1998)
Sjahril A. Latif (1940-1998) Dengan Puisi dengan puisi yang ditulis oleh tangan-tangan ini lewat generasi terdahulu ke generasi kini ada berjuta puisi dan bakal terus ditulis puisi dan dunia mungkin […]
Puisi: Stasiun Tanah Abang – Sjahril Latif (1940-1998)
Sjahril Latif (1940-1998) Stasiun Tanah Abang Ketika ditangkupkan tudung senja Hidup mulai mengalir perlahan-lahan Antara gerbong senja dan rel-rel bersilang Stasion Tanah Abang Kelam dan sunyi pasar belakang Gubuk-gubuk darurat, […]
Puisi: Engkau yang Melawat – Budiman S. Hartoyo (1938-2010)
Budiman S. Hartoyo (1938-2010) Inilah yang dulu selalu kukatakan: kejemuan tak berketentuan dalam menunggu dan menunggu sementara engkaupun melawat bersama waktu ke arah mana aku tak tahu Musimpun berganti dan […]