Esai: Menilai Pembacaan Puisi

Oleh Hasan Aspahani

MEMBACA atau melisankan puisi adalah salah satu upaya menafsirkan puisi.  Pembaca menyampaikan penafsirannya kepada penonton. Apa yang ditafsirkan? Isi puisi: pesannya, ruhnya, emosinya, suasananya, apa saja yang tertangkap oleh si pembaca.

Ada puisi yang mengekpresikan rindu, keikhlasan, kemarahan, semangat perlawanan, kepasrahan, kebingungan, atau gabungan dari berbagai emosi, hal-hal yang mendorong penyair menuliskannya.

Pembaca yang baik memperkaya makna puisi, membuat pendengar menjadi lebih paham, bahkan menambah pemahaman baru.

Apa yang dinilai?

1. Penafsiran/Interpretasi  (Pertanyaan: tepat atau tidak)

Membaca puisi adalah menafsirkan puisi, menangkap pesannya, dan menyampaikannya dengan melisankannya. Pembaca yang baik mampu memperkaya makna puisi yang ia bacakan.

Yang dinilai:
– Ketepatan interpretasi dan penafsiran.
– Kreativitas intrepretasi dan penasiran.

2. Vokal (Pertanyaan: jelas atau tidak)

Vokal adalah alat utama menafsirkan dan mengekpresikan puisi ketika dilisankan. Vokal yang baik membuat penafsiran atau pemaknaan yang tepat ditangkap penonton dengan tepat pula.

Yang dinilai:
– Kejelasan pelafalan atau pengucapan kata-kata.
– Dinamika suara (keras-lembut), ritme, dan tempo.

3. Penghayatan/Penampilan  (Pertanyaan: mendukung atau mengganggu)

Hal-hal lain di luar vokal yang membantu memperkuat penafsiran. Pembaca berhasil menghayati  apabila ia bisa membuat  puisi itu seperti berasal dari dalam dirinya. Yang penting adalah semua dilakukan dengan wajar, tak berlebihan karena jadinya mengganggu.

Yang dinilai:
– Mimik atau ekspresi wajah terkait emosi sajak.
– Gestur atau gerak tubuh sebagai upaya memberi ilusrasi isi atau situasi dalam puisi.

Jakarta, 15 Juli 2021.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *