Puisi: Di Kendari Teater Kota Lama – Irianto Ibrahim (l. 1978)

Irianto Ibrahim (l. 1978)

Di Kendari Teater Kota Lama

mereka hanya menyisakan potongan tiket dan bekas
jari-jarinya di lenganku
sepasang kursi dan daun pintu kembar yang dulu pernah
mencatat mimpi-mimpi kami
tak kutahu lagi ke mana pergi. yang ada tinggal
penggal-penggal cerita dari tiang-tiang jembatan
yang lebih kokoh dari tatapan.

dekat kendari teater kota lama, ada sebuah toko cina
yang menjual pentil sepeda,
di sana kami pernah membicarakan rencana
bulan madu sederhana
: menyewa perahu sampan dan berkeliling
teluk kendari sehari penuh
lalu mampir sejenak di gerobak kacang rebus
sambil mengupas-kupas harapan dari butir-butir asmara
yang disemai cuaca bulan purnama

biasanya, kami berpapasan dengan beberapa kuli
pelabuhan yang baru selesai mandi,
aroma minyak wangi yang menyengat dan darahku
yang kian mendesak. aku mengingat semuanya.
terbayang merah muda pada pipimu dan lengkung senyum
yang tak pernah bisa membuatku terlelap selepas jalan
menuju pulang.
tapi, lembar-lembar rambutmu belum selesai kuhitung
dengan nafasku. sebab tiket yang ada di tanganku kini,
tak dapat lagi kupakai untuk menonton film kesukaanmu.
kendari teater tak ada di sini, kecuali sebuah gardu
penyedia tiket penyeberangan.
jembatan yang menghubungkan adalah juga
yang memutuskan kenangan.

Kendari, 2009

Sumber: Buton, Ibu dan Sekantong Luka (Framepublishing, Yogyakarta, 2007)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *