Puisi: Ratap Sumpur – Rida K Liamsi

Rida K Liamsi

Dari jendela rumah adat yang muram di Sumpur, burung duka melintas riak Singkarak, menembus kelam menuju malam. Jauh entah kemana. Hanya duka yang tahu, hanya benci yang tahu, bahwa telah pergi seorang lagi dara yang merana dan letih menanti.

Yang sekarang karena khianat.

: Aku telah lelah menantimu, bermusim-musim. Aku letih mencatat hari dengan kapur di dindong, di ujung balai-balai, di sisi jendela yang mengirim bau danau. Bau kau. Aku telah letih menanti setelah segalanya lepas, dan capas, terhunjam dalam kelam karena percaya pada janji. Pada setia. Pada cinta.

Sumpah! Aku lelah!

Dari bendang Singkarak dan rumah-rumah tua di Sumpur, kini hanya ada ratap. Sesal atas cinta dan khianat para lelaki. Para perangkap adat yang memasung rindu para wanita yang sendiri menanti. Hanya ada suara salung yang jadi jembia menikam dan membawa bisa menerobos kisi-kisi jendela. Hanya ada asap dapur dendam yang merayap diam-diam dari balai-balai duka rumah tua di Sumpur. Rumah-rumah uzur penuh lumpur.

2014/2016

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *