Oleh Goenawan Mohamad Ada sesuatu yang tak memuaskan, kurang lebih. Pemikiran dan pembicaraan tentang kritik sastra Indonesia belakangan ini mengulangi lagi sebuah perasaan lama: perasaan tak puas, yang umumnya […]
Goenawan Mohamad
Ganzheit: Tentang Kritik Sastra (Sebuah Pendirian)
Arief Budiman dan Goenawan Mohamad I “Kritik kesusastraan,” kata H.B. Jassin (1959: 44) “ialah pertimbangan baik atau buruk sesuatu hasil kesusastraan.” Kata-kata ini sudah diucapkan beberapa tahun yang lalu, dan […]
Puisi: Misalkan Kita di Sarajevo – Goenawan Mohamad (l. 1941)
Goenawan Mohamad (l. 1941) Misalkan Kita di Sarajevo Buat B.B dan kawan-kawan Misalkan kita di Sarajevo; mereka akan mengetuk dengan kanon sepucuk dan bertanya benarkah ke Sarajevo ada secelah pintu […]
Puisi: Potret Taman untuk Allen Ginsberg – Goenawan Mohamad (l. 1941)
Goenawan Mohamad (l. 1941) Potret Taman untuk Allen Ginsberg Ia menebak dari warna kulit saya dan berkata, ‘Tuan pasti dari dunia ke-3.’ Lalu ia, dari dunia pertama, mengunyah makan pagi […]
Puisi: Tentang Seorang yang Terbunuh di Sekitar Hari Pemilihan Umum – Goenawan Mohamad (l. 1941)
Goenawan Mohamad (l. 1941) Tentang Seorang yang Terbunuh di Sekitar Hari Pemilihan Umum “Tuhan, berikanlah suara-Mu, kepadaku.” Seperti jadi senyap salak anjing ketika ronda menemukan mayatnya di tepi pemetang. Telungkup. […]
Puisi: Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi – Goenawan Mohamad (l. 1941)
Goenawan Mohamad (l. 1941) Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi Di beranda ini angin tak kedengaran lagi Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba […]
Simbolisme, dan Pasemon Seorang Malin Kundang
Oleh Hasan Aspahani Sebagai penyair modern Indonesia ia merumuskan dirinya sebagai Malin Kundang, yang gelisah dan ingiin meninggalkan dan tergoda untuk mendurhaka terhadap budaya ibu. Yang mula-mula ia tinggalkan adalah […]
Puisi: Sjahrir, Di Sebuah Sel – Goenawan Mohamad
Goenawan Mohamad — untuk Rudolf Mrazek Dari jendela selnya, (kita bayangkan ini Jakarta, Februari 1965, dan ruang itu lembab, dan jendela itu rabun), ia merasa siluet pohon mengubah diri jadi […]
Puisi: Pada Sebuah Pantai: Interlude – Goenawan Mohamad
Goenawan Mohamad Semua ini hanya terjadi dalam sebuah sajak yang sentimentil. Yakni ketika pasang berakhir, dan aku menggerutu, “masih tersisa harum lehermu”; dan kau tak menyahutku. Di pantai, tepi memang […]