Oleh Hasan Aspahani
MAJALAH Horison Januari 1980, memuat dua sajak tanpa nama penyairnya. Begitulah, asalkan sajaknya bagus, tanpa nama pun tetap dimuat juga.
Pemuatan itu disertai catatan: Ternyata pengirim sajak-sajak ini tidak menyertakan namanya pada setiap lembar sajak yang dikirimnya ke redaksi, sedangkan suratnya tidak dapat kami temukan di meja administrasi. Penyair kedua buah sajak ini kami harap mengirimkan surat pernyataan (claim) ke redaksi secepat mungkin, di samping tentu saja dengan menyertakan naskah sajak-sajaknya yang pernah dikirimnya ke Horison, untuk mencek kebenaran pengakuannya. REDAKSI
Dua sajak itu berjudul “Elegi” dan “Lagu Tentang Seorang Pemain Gitar”. Kedua sajak bertahun 1978. Kita petik sedikit sajak “Elegi”.
Pemuda itu memetik gitar
Dunia guramnya sendiri
Udara sekitarnya gemetar
Menjalin “DukaMu Abadi”
…
Catatan di bawah sajak: “DukaMu Abadi” nama kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono. Sajak siapakah itu? Siapa penyair yang menulis kedua sajak itu? Pertanyaan itu terjawab di edisi berkutnya, Horison, Maret 1980. Redaksi mengumumkan sebuah catatan.
Ya, ternyata penulis sajak itu adalah penyair Yogyakarta Linus Suryadi AG. Linus mengklaim dengan mengirim kembali berpuluh-puluh bukti sajak yang dia kirim bersama sajak yang dimuat itu. Harapannya mungkin sajak lain itu juga dimuat lagi. Soalnya, kok cuma dua yang dimuat?
Saya menduga yang menulis catatan redaksi itu adalah Sutardji Calzoum Bachri, sebab sejak 1979, dia diumumkan sebagai redaktur puisi di Horison.
Klaim Linus dianggap valid, tapi entah bagaimana tanggapannya dan teman-temannya setelah membaca kalimat terakhir catatan itu: …selebihnya masih di bawah mutu dan karena itu tidak bisa kami muat dalam Horison.
Hasan Aspahani, penyair tinggal di Jakarta.