Oleh Doddi Ahmad Fauji
INI kisah lumayan sensitif, tapi perlu juga kuceritakan, barangkali menjadi inspirasi, barangkali juga untuk memahami, tak ada manusia yang sempurna.
“Kau terima pesangon berapa dari si Brewok?” tanya SCB kepadaku, di Warung Alex, sambil makan sop kaki.
SCB rupanya sudah mendengar aku akhirnya memutuskan mundur dari koran Media Indonesia. Gerah!
“Tidak dikasih pesangon, Bang!”
“Wah, harusnya kau konsultasi ke aku. Nih, biar aku dikasih pesangon dari Horison, ku skak mat mereka!”
“Bagaimana caranya Bang?”
“Kudatangi itu istrinya Taufik Ismail. Hei, Ati, mari kita bersumpah sebagai muslim. Aku mau bilang begini. Jika aku punya hak pesangon, kalau dikasihkan, maka aku akan bersyukur. Jika aku memang tidak punya hak, maka aku minta maaf sudah berani meminta. Jika aku punya hak, lalu tidak dikasihkan, tak apa. Tapi aku tak akan ikhlas. Akan kutagih nanti di akhirat,” ujarnya.
“Lalu aku pulang. Besoknya pesangon itu datang!” Kata Bang Tardji.
Kupraktikanlah hal itu. Kudatangi bagian SDM, dan berkata seperti yang diceritakan Bang Tardji.
Hasilnya, nihil.
Kepala SDM itu berujar, saya hanya menjalankan perintah!
Doddi Ahmad Fauji, penyair menetap di Bandung.