Membaca Puisi: Petualangan dan Pertemuan

Membaca Puisi: Petualangan dan Pertemuan

Oleh Hasan Aspahani

MEMBACA puisi berarti memasuki sebuah dunia batin dan kita berpetualang di sana. Membaca puisi adalah menggelar sebuah petualangan jiwa dan pikiran. Apa yang kita harapkan dari sebuah petualangan? Kejutan, keseruan, dan akhirnya (mungkin) pengalaman berharga yang memperkaya batin kita.

Puisi yang kita baca adalah juga sebuah hasil petualangan batin dan intelektual yang dilakukan oleh penyairnya. Tapi ketika kita memasukinya, menjadikannya wilayah petualangan, maka puisi itu sepenuhnya kita kuasai. Kita adalah petualang bebas. Kita tak harus menempuh jalur yang sama dan menemukan hal-hal yang sama dengan petualangan si penyair sang empunya puisi.

Puisi yang baik yang menawarkan keutuhan dan kompleksitas, bukanlah taman bermain tematik, tapi lebih sebagai sebuah gunung dengan lereng, lembah dan tebing, dengan beberapa puncak pemaknaan, dengan berbagai kemungkinan jalur pendakian. Puisi yang baik juga adalah selembar peta dengan kode-kode rahasia yang membuat kita asyik menelurusi lorong-lorong sebuah kota untuk menemukan sebuah alamat.

Apakah dan siapakah yang kita temui dalam petulangan batin itu, di puncak itu atau di alamat yang kita temukan itu? Jangan terkejut apabila kita di sana menemukan diri kita sendiri. Atau katakanlah itu sesuatu yang menyadarkan kita, yang membuat kita lebih mengenal diri kita sendiri.

Atau setidaknya kita bertemu seseorang lain. Seorang kawan seperjalanan, yang nanti berpisah di satu simpang. Kita tidak bersama dia lagi, tapi kita tahu ada seseorang yang pernah memberi sesuatu pada kita. Dan sesekali kita menemukan jejak, tanda-tanda kehadirannya. Seseorang itu barangkali penyairnya, yang kerap kali lebih suka menyamar sebagai sebagai berbagai sosok lain, atau sosok lain yang kebetulan melintas di jalan yang sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *