Erich Langobelen (l. 1994)
Epiphaneia
: untuk Mahmoud Darwish
Dalam selembar potret tua di tangannya
Ia lihat apa yang tak diingat
Sebenarnya pada puing
Pecah dinding dan sisa genting
Yang hampir tak kita rekam
Ada hidup semacam hangus papan
Yang gagal
Yang tak bisa kekal oleh khayal
Tapi ingin tak terpisah dari waktu
Perpindahan yang memenggal itu
“Meski sudah kuhirup bau musuh
Tak hendak kucium amis selalu
Dari tulang penyusun rabu
Dari daging penggenap tubuh.”
“Tapi lagi-lagi sejarah,
Seperti tanah,
Adalah warisan yang menuntut darah.”
Ketika itu siang sibuk
Seperti teriak dan ribut senapan
Seakan jam hanya bergerak
Dari bunyi peluru
Dan bom yang menggertak
“Adakah reruntuhan adalah rasa sabar yang lain
Dan perang adalah rasa lapar sejak kemarin?
Adakah kita memang dilahirkan untuk kalah
Dan melawan adalah kata yang salah?”
Ia tak tahu
Yang ia tahu, Tuhan telah hilang dari warna
Dalam selembar potret tua
Dan tak seorang pun bertanya
kita di mana
(2016)
Sumber: Media Indonesia, 19 Maret 2017.