Puisi: Harimau dalam Perut Penyair – Fariq Alfaruqi

Fariq Alfaruqi

“Yang bersembunyi
dalam perut penyair itu
selain puisi.
Seekor hariamu
yang diam-diam
sedang mengasah kuku
dan gigi.”

Begitulah.
Sementara jalan-jalan dialihkan orang lalu.
Rumah-rumah panggung digubah
dengan batu bata
dari bekas benteng padri.
Dan lampu-lampu semprong
yang menebar jelaga
di dinding kamar
tak pernah lagi disulut

Ia masih juga berkerabat dengan maut
Berkarib dengan kepedihan paling akut

Meskipun ia tahu.
Setiap pilu
yang ia asah sampai tajam.
Setiap ngilu
yang ia raut hingga sanggup untuk menikam.
Seperti memelihara anak harimau
yang sedang menunggu
saat yang tepat untuk menerkam

“Yang meninggalkan bekas luka
pada tubuh itu
selain harimau.
Seekor puisi
yang tak pernah mau
berdiam dalam perut penyair.”

Kandangpadati, 2013

Sumber: Kompas, 8 Desember 2013

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *