Puisi: Langkah II – D Zawawi Imron

D. Zawawi Imron

Merah bekas bibirmu yang melekat di pipiku sudah kusabun, tapi aku masih curiga, warna itu menjadi garis di cakrawala di mana pohon-pohon yang kutanam menjelma hantu.
Akhirnya aku pergi ke Lautan Teduh untuk bersuci, tapi air laut menjadi kering seketika, sehingga seekor cumi-cumi marah padaku, melilitku dengan belalainya lalu menelanku.
Dalam perut cumi-cumi itu masih kudengar suara ibu menyuruhku menyusu pada bisul di pantat nelayan primitif yang ditelan cumi-cumi itu sepuluh ribu tahun yang lalu.
Nanah yang kukecup gurih dan harum, menyalangkan pandanganku ke pulau-pulau yang dalam peta tak pernah kutemukan.


1978

Sumber: Nenek Moyangku Air Mata (PN Balai Pustaka, Jakarta, 1985)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *