Yustan Aziddin (1933-1995)
Lapar
hijau-hijau daunan di kulit bumi bertanah gunung
sejuk nyanyinya di riam-riam batu putih dan pararo
perawannya kuning berwajah bulan menumbuk padi
tiada lelah pedederan menembang iringi para pengebeng
di antaranya penyair tumbuh dengan ketuliannya
dilengkapi oleh ketakpedulian yang membuat lapar dirinya
jadilah penyair manusia yang paling terundung
dalam pendatang tergila-gila si gadis gunung
patah sikunya
batu putih dan pararo = nama dua buah riam memotong sungai Karau, di Kalimantan Tengah
pedederan = penari deder, sejenis ronggeng, nyanyiannya dalam bahasa daerah Kalteng
Sumber: Tanah Huma (D. Zauhidhie, Yustan Aziddin, Hijaz Yamani, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 1978)