Usman Arrumy (l. 1990)
Rubaiyat
Embun terberai begitu santun
setekun rekah merona pada bunga di kebun
adakah angin pagi yang menujumu membisikkan sesuatu,
tentang perasaan masygul yang kusebut masa lalu?
Sembari menjinjing tempayan berisi surat rindu ke arahmu
kubasuh raut mukaku dengan sisa luh yang terendam di dadamu
atas dasar kegelisahan kusampaikan pesan rahasia ini:
sederet kisah yang berderit— yang tak terangkum sunyi
Rona hitam menyulam diri sebagai malam
kelam geram menghalau cahaya bulan
Di hatimu yang menyimpan perihal kenangan
adakah sekelabat tentangku pada yang kubilang silam?
Aku menujumu melalui airmata,
yang tiap tetesnya menjadi dawat menulis nama
sebuah puisi sebagai suluk paling bersahaja,
untuk menyampaikan pesan ringkas ini, Cinta
Di jantungmu yang menampung seluruh senandung
adakah denyutku berkidung di sela terang-mendung?
di sepanjang tarih ini mungkin sekali saat kita akan menemu letih
membaca sebaris perih sembari mendamba segera kembali pulih
Sumber: Mantra Asmara (Hasfa Publishing, Demak, 2014)