Puisi: Sajak Terakhir – Mario F Lawi (l. 1991)

Maro F Lawi (l. 1991)
Sajak Terakhir

Surga adalah gelembung sabun
Yang penuh udara
Karena dijejali keluh-kesah orang-orang
Pasrah yang malas berusaha.

Di sebuah taman, engkau pernah
Mewariskan hujah yang kini tak lagi cukup
Untuk menumbuhkan sebutir padi
Di dalam petakmu.

“Mencintai sesederhana menerima,” katamu.
Aku ingin percaya,
Tapi tubuh yang patah di atas salib itu
Menusukkan cahaya matanya ke celah-celah rusukku.

Aku memberi segala
Yang ada pada diriku
Hingga pemberianku tak lagi
Cukup di hadapanmu.

Pohon yang tumbuh dari sebutir kecil
Iman tak bisa dihinggapi burung
Yang malas terbang dan memasrahkan tubuhnya
Pada aliran udara.

Percayalah, Sayang, surga hanya akan menjelma
Puing-puing bagi doamu yang penuh beban.

Labirin yang berliku tidak akan meloloskanmu
Dengan sendirinya, dan jika engkau memilih
Berhenti bergerak, sulur-sulurnya akan menyeretmu
Ke dalam kegelapan.

Engkau tentu percaya, makanan yang dideretkan
Di atas meja jamuan diubah dari batu-batu
Yang berserakan di padang gurun, meski begitu banyak
Pundi-pundi telah diselipkan ke balik
Jubah-tenunan-tanpa-jahitan milik para imammu.

(Naimata, 2014)

Sumber: Kompas, Minggu 20 April 2014

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *