Jun Nizami (l. 1986)
Tasikmalaya, Peta pada Dada
/1/
Setiap pulang di dadamu aku rebah
Nanti pulang dalam pelukmu aku istirah.
Rajapolah, adalah sabar ibu menganyam
bulumataku, yang menjernihkan kliwon
darahku yang abu,yang menafsir garis
tanganku dalam kitab primbon masalalu.
Setiap pulang di dadamu aku rebah,
perjalanan yang istirah.
Bahwa di balik gamismu telah dikuburkan
ari-ariku, yang dikerubung lelembut, untuk
sampaikan tawasul rintih dan bisik lembut.
Setiap pulang disambut nyanyi-nyanyi
burung,diiring tari para mojang gunung.
Juga gerak salsa bocah perawan, yang centil,
yang putih matanya bertabur gula dan bubuk
intan.
/2/
Setiap pulang di dadamu aku rebah
Nanti pulang dalam pangkumu aku istirah.
Selalu,para ibu yang menumbuk pikiranku
di dalam lesung,dan melumuri sajak rinduku
dengan adonan tepung.
Lalu menggaunglah Pamijahan,tempat kunyalakan
sajak di goa-goa,lalu di tikar buluk ku gelar
bersama getar doa. Ku cuci pada laut kidul,
ku lebur pada debur Pengabul. Ku erami dalam
temaram Kampung Naga,sampai Citanduy yang
kenalkanku linang airmata.
Demi rinduku yang selalu melanglang. Menapak
pundak tegarnya bapak, demi kubur ari-ari,
demi anyaman hasil tangan ibu, dan demi jumat
hari lahir juga akhirku.. Adalah di pucuk
Galunggung ku letuskan adzan puncak cintaku.
Nanti pulang dalam pangkumu aku tidur, aku
berkubur. Setelah seribu kali lagi aku menjadi
Petani,memanen padi dengan hati hati-hati.
Selama merinduimu adalah undangan irama atau
mendatangimu adalah lambaian panorama. Dan
selama di celak mataku,segala kata-kata
telah mutlak menjadi ratusan sajak.
Ratusan sajak yang blingsatan.
2009