• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Sitok Srengenge

Puisi: Kwatrin Himmirsky – Sitok Srengenge (l. 1965)

Posted on 3 Mei 2018 by Editor

Sitok Srengenge (l. 1965) Kwatrin Himmirsky Kulepas kau lekas, mumpung hujan murung dan Laut Hitam, rahim yang membiru karena rindu masih mau menunggumu Tunggu aku di pantai landai sebelum berpaut […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sitok Srengenge Leave a comment

Puisi: Ular dan Penyair – Sitok Srengenge (l. 1965)

Posted on 3 Mei 2018 by Editor

Sitok Srengenge (l. 1965) Ular dan Penyair Di Taman Edan, aku bersua sesosok kata terpuruk mabuk di pojok kalimat jorok. Rambut gimbal akar gantung beringin tua, pakaian kumal sarang kepinding […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sitok Srengenge Leave a comment

Puisi: Osmosa Asal Mula – Sitok Srengenge (l. 1965)

Posted on 3 Mei 20183 Mei 2018 by Editor

Sitok Strengenge (l. 1965) Osmosa Asal Mula Aku bertanya kepada angin     dari mana asalnya angan        Angin menggoyangkan pucuk-pucuk daun dan ku saksikan pohon-pohon melukis lingkaran tahun Aku bertanya […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sitok Srengenge Leave a comment

Puisi: Kereta – Sitok Srengenge

Posted on 8 Januari 2017 by Editor

Sitok Srengenge 1 Sendiri di Stasiun Tugu, entah siapa yang ia tunggu Orang-orang datang dan lalu, ia cuma termangu Sepasang orang muda berpelukan (sebelum pisah) seolah memeluk harapan Ia mendesis, […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sitok Srengenge Leave a comment

Esai: Tentang Sajak, Penyair, dan Dua Sajak Sitok

Posted on 28 Desember 201628 Desember 2016 by Editor

Hasan Aspahani APAKAH sajak? Sajak adalah apa yang diunggun-timbun jadi rumah. Kata Chairil Anwar, “Kaca jernih dari luar segala tampak.” Bagi Subagio Sastrowardoyo, sajak adalah apa yang lahir setelah ‘malam […]

Posted in Esai Tagged Esai, Hasan Aspahani, Sitok Srengenge Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani