• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Taufiq Ismail

Esai: Beribu Baris Telah Ditulis – Oleh Taufiq Ismail

Posted on 21 Agustus 20203 Juni 2021 by Editor

Beribu Baris Telah DitulisOleh Taufiq Ismail Di manakah sekarang puisi Indonesia berdiri, pada ketinggian berapa? Adakah busur-lingkar kakilangitnya makin melebar jauh, atau terhenti di sana tahun 49 ketika seorang penyair […]

Posted in Esai Tagged Puisi, Taufiq Ismail Leave a comment

Puisi: Almamater – Taufiq Ismail (l. 1935)

Posted on 1 April 20201 April 2020 by Editor

Taufiq Ismail (l. 1935) Almamater Di depan gerbangmu tua pada hari ini Kami menyilangkan tangan ke dada kiri Tegak tengadah menatap bangunanmu Genteng hitam dan dinding kusam. Berlumut waktu Untuk […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Taufiq Ismail Leave a comment

Puisi: Hamzah Fansuri, Sebutir Bintang yang Mengirim Cahaya – Taufiq Ismail

Posted on 25 November 2017 by Editor

Taufiq Ismail Hamzah Fansuri, Sebutir Bintang yang Mengirim Cahaya 1 Dari atas tebing memandang lautan sejarah yang terbentang, melampaui empat abad kita menyeberang menumpang di atas gelombang, Empat abad adalah […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Taufiq Ismail Leave a comment

Puisi: Tentang Joki Jam Sembilan Pagi – Taufiq Ismail

Posted on 24 Juli 201725 Juli 2017 by Editor

Taufiq Ismail Beras berkata kepada saya, bahwa kacang kedele dan kelapa sawit, ayam daging, sapi inseminasi, ikan laut, dan ikan daratan, semua dalam keadaan segar bugar tidak kurang suatu apa. […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Taufiq Ismail Leave a comment

Puisi: Kembalikan Indonesia Padaku – Taufiq Ismail

Posted on 27 Desember 201627 Desember 2016 by Editor

Taufiq Ismail Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Taufiq Ismail Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani