Puisi: Seekor Lumba-Lumba – Rida K Liamsi

Rida K Liamsi

Kepada Idrus

 

Seekor lumba-lumba yang ngembara dari beting ke beting,
dari teluk ke teluk, satu ketika akan lelah dan mengapung
di puncak alun. Angin timur, alangkah teduhnya. Saat
bermain, mengibas ekor dan menyemburkan pelangi ke
pucuk awan. Saat menikah dan menanam berahi. Saat
langit membentang harap, saat mimpi membentang layar.
Tapi apakah selalu harus berharap?

Di setiap teluk ada pelabuhan. Di setiap teluk ada perahu.
Di setiap teluk ada yang berlabuh. Tapi apakah selalu harus
mengeluh?

Di laut tak selamanya ombak. Di laut tak selamanya
karang. Di laut tak selamanya surut. Di laut tak selamanya
segala mimpi hanyut. Ada yang tersangkut. Ada yang
terdampar. Ada yang jadi lumut, jadi karang, jadi pasir,
jadi badai.

Seekor lumba-lumba yang ngembara, jika tiba masanya
akan ngembara lagi. Bermain ombak, bermain angin,
mengejar laju, memburu rindu. Tapi bilakah akan
terdampar? Bilakah sayap kekar berhenti menampar?
Bilakah ekor liar berhenti melayar?

Seekor lumba-lumba yang ngembara, seperti musim,
sekali datang sekali beredar. Tapi laut tak henti menunggu
kembara membentang layar, kembara menurunkan layar.
Dan kau seperti perahu-perahu yang lelah, kini saatnya
melabuh jangkar.

2004

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *