• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Pranita Dewi

Puisi: Episode – Pranita Dewi (l. 1987)

Posted on 28 Juni 202128 Juni 2021 by Editor

Pranita Dewi (l. 1987)Episode Bagi seorang pemurung sepertikujagat ini seluas rasa sedihku.Mimpi-mimpi bertumpukanmengarah ke satu peti mati: Aku akan mati. Dari celah kakiku kini menyelipputih bulir pasirpasir beribu, kering, dan […]

Posted in Puisi Tagged Pranita Dewi, Puisi Leave a comment

Puisi: Kusamba – Pranita Dewi (l. 1987)

Posted on 9 November 20189 November 2018 by Editor

Pranita Dewi (l. 1987) Kusamba Bagi para petani garam, laut ini selapang Ketangguhannya – betapa lapang Laut di bawah langit ini. Namun Bagi kenangan, laut ini begitu sempit. Suatu pagi […]

Posted in Puisi Tagged Pranita Dewi, Puisi Leave a comment

Puisi: Kelahiran – Pranita Dewi (l. 1987)

Posted on 25 Juli 201728 Juni 2021 by Editor

Pranita Dewi Beri aku 270 malam untuk menatap kebusukan pagi ini Tangisku yang pertama apa yang menjadi sebuah pertanda? Seekor katak menyelip di bebatuan halilintar memecah menjelang kelahiran alap-alap layang […]

Posted in Puisi Tagged Pranita Dewi, Puisi Leave a comment

Puisi: Orang Rantai – Pranita Dewi (l. 1987)

Posted on 2 Maret 201728 Juni 2021 by Editor

Pranita Dewi : M. Valjean Aku lepas, tetapi juga tak bebas. 1. Selamat tinggal, pilar-pilar baja! Kini giliran kemerdekaan Menyiksaku. Paspor kuning akan memastikan nasibku: kau adalah gelandangan Yang lapar […]

Posted in Puisi Tagged Pranita Dewi, Puisi Leave a comment

Puisi: Ngaben – Pranita Dewi (l. 1987)

Posted on 4 Januari 201728 Juni 2021 by Editor

Pranita Dewi (l. 1987) 1. Hanya ada nyala, nyala, dan nyala serta senja yang karam perlahan di garis laut yang jauh: di sana, matahari, lentera kekal itu, setia menunggu abuku […]

Posted in Puisi Tagged Pranita Dewi, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani