Warih Wisatana (l. 1965)Candi Candi. Bayangan candiGugusan waktu lampauyang menggenangi dirimu Terpaku di situ diriku, patung letihyang tidur dengan mata layu terbukadan mulut pucat menganga Terpahat dalam prasastisegalanya seolah abadidi […]
Puisi
Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
Warih Wisatsana (l. 1965)Mitomania Yang paling jenaka adalah dirikusetiap petang mengunjungi semua orangmembayangkan mereka sebagai dindingatau selembar cermin berbagi murung Mereka merasa pangeran budimansamaran rubah gunung yang lembut hatiSeakan sungguh […]
Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
Rizki Amir (l. 1995)Setengah Sendok Makan 1. kumpulan resep lesap di keningmu ketika kelapa menyimpan bau tanah india. bagai pinang dibelah dua, kamu ubah gulai kurma serupa makanan siap sedia. […]
Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
Rizki Amir (l. 1995)Indeks Penyambung Lidah aku beri nama tiap hidangan yang bersantan dari balik bilik dapur ini dengan namamu. nama yang mengunyah sekaligus menyambung lidah. supaya nyala doa yang […]
Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
Rizki Amir (l. 1995)Pudak dari wuwung wangi makam seorang wali hingga kota yang bunuh diri, kita bawa pulang segumpal kabut asap bus antarkota. tapi katamu, seharusnya kita cangking juga seikat […]
Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)
Rizki Amir (l. 1995)Kota Kematian /1/di suatu malam yang lengah, dalam tiap adegan, beribu-ribu nyawa putus. alengka penuh darah. menyisakan gema panjang di dada. dan si putra mahkota, tak pernah […]