Frans Nadjira (l. 1942) Sajak Bonsai Memandang Pagi Jadi apa makna bercak darah? Tirai tembus pandang bergetar dalam cahaya ketika dingin menyentuh kemilau embun. Ia ingat jejak melati dan semua […]
Frans Nadjira
Puisi: Jendela – Frans Nadjira (l. 1942)
Frans Nadjira (l. 1942) Jendela Geser sedikit tirai itu agar cahaya matahari dapat langsung masuk ke dalam kamarku sebab biasanya ia pada saat-saat seperti ini akan bermain-main di atas tempat […]
Puisi: Hei, Kalian yang di Bawah – Frans Nadjira (l. 1942)
Frans Nadjira (l. 1942) Hei, Kalian yang di Bawah Seperti kalian kami pun bergerak di bawah langit. Kami memiliki kediaman pancang arah angin di atas bukit pucuk-pucuk daun dalam […]
Puisi: Barnett Newman, Siapa yang Takut pada Warna? – Frans Nadjira (l. 1942)
Frans Nadjira (l. 1942) Barnett Newman, Siapa yang Takut pada Warna? Dengan sekali sentakan tulisan di tembok kusam subway melar seperti permen karet: “Setiap orang ada harganya.” Tapi tak […]
Puisi: Hei, Kalian yang di Bawah – Frans Nardjira (l. 1942)
Frans Nardjira (l. 1942) Hei, Kalian yang di Bawah Seperti kalian kami pun bergerak di bawah langit. Kami memiliki kediaman pancang arah angin di atas bukit pucuk-pucuk daun dalam […]
Puisi: Musium – Frans Nadjira (l. 1942)
Frans Nadjira Musium Pada rak ke dua Lemari musium terletak tengkorak. Jalan menganga di mata lobang hidung. Burung-burung bersarang dalam karang. Sambil menyucut jari pemuda itu menghapus uap di kaca […]