Puisi: Kepada Ch. Anwar Mendiang – Mh. Rustandi Kartakusuma (1921-2008)

Mh. Rustandi Kartakusumah (1921-2008)

Di atas pusingan api yang berbusa
kau terjatuh ke dunia ini,
seperti kucing ke atas kakiknya yang empat.
Dayu guruh yang meloporimu
lari ke balik langit
melihat seringaimu terlihat kuning di gelas whisky
dan di darah bibir perempuan
yang kau gigih pecah dalam nafsu jalangmu.

Seperti tank di medan perang
kau mengamuk, dimabuk hidup
yang kaurangkum dari kaki langit ke kaki langit.
Di atas tanah lekang, di antara belukar yang liar
kau berlari, berhenti, menepuk dada sambil memekik-mekik,
hingga pecah anak telinga manusia-pencangkul-ladang
dan pecah dadamu sendiri.

Di antara dua pekikan,
kalau laut merata kembali,
– hanya di sana sini kerut merut –
mengandung senyum matahari pagi yang tertahan –
lambat-lambat engkau bercerita tentang cinta gadis pegunungan,
lalu berkidung di bawah bayangan pohon yang seabad bermenung.

dan aku yang mendengarkan
bertanya di hati: hendak kemana dia,
dan hendak kemana aku.

Kini engkau tersungkur
berseluk mukamu ke dalam duri;
engkau binatang yang diburu,
menganggap diri pemburu
lengkap dengan lembing, bedil asap dan angjing-anjingnya.

Celakamu, garudamu telah patah sayapnya
hingga tak bisa engkau dibawanya ke langit biru.

Raung penghabisanmu melenyap
setelah bergema bermacam-macam di antara granit ini.
Engkaupun jadi granit
tak kan hancur oleh banjir atau peluru.

Sumber: Mimbar Indonesia, IV-3, 21 Januari 1950.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *