Pranita Dewi (l. 1987)
Penaklukan
Kemah dan tirai telah digelar
juga hatiku, telah siap dibentangkan:
Ia tanah lapang,
tempatmu bersembunyi dari segala terik dan
tengkuk
matahari
Di petang hari,
engkau merebahkan diri di atasnya
menjala bintang-bintang di atapmu
dan menabur di sana
Bintang-bintang itu kini berubah
menjadi bunga pacar
kembang jantan atau betina
narwastu
tersisip di antara buah dadaku
Langit-langit mulutmu
terasa manis dan segar
dan engkau melompat-lompat bagai kijang
di bukit-bukit, sambil menengok-nengok
melalui tingkap dan kisi-kisi pohon.
Engkau bersembuyi lereng-lereng gunung,
di ceruk paling dalam,
lengkung leher menara
turun ke puncak Amana
Liang-liang singa, yang pernah dibentuk sebelumnya
engkau timbun dengan pasir dan tanah
hingga tak kelihatan lagi lubangnya
Tertutup. Tertutup.
cawan yang bulat
yang pernah dipakai siapa saja
Cintaku seperti maut di mulutmu
Gairah dan gigih bagai orang mati,
tetapi nyalanya nyala api
Maka, berlakulah sebagai kijang
atau rusa
dari leher menaramu,
Mautku.
Sebab kemah telah digelar
tirai-tirai telah dibentangkan
juga hatiku tertinggal di sana.
2023
Sumber: Tatkala.co, 2 September 2023.