49. Pada Bulan Sabit Tubuhmu – Agus R. Sardjono

Agus R. Sardjono
Pada Bulan Sabit Tubuhmu

Di puncak ombak bulan sabit tubuhmu
mengambang di danau malam. Aku termangu
bagai penyair haiku, gemetar
melukis erang cintamu.
Maka kutulis sajak-sajak kasmaran
di hamparan geraian rambutmu.

Sejak pertama kita bertemu, saat tendangan
cerlang matamu melumpuhkan sekujur nadiku
akulah pemburu buruanmu.
Pancing yang tertangkap ikan
di dasar lautan. Kaulah tiram
yang mengubah airmata menjadi mutiara.

Di puncak rindu, bulan sabit tubuhmu
berdemonstrasi di sekujur nadiku,
meneriakkan yel-yel percumbuan.
Bagai titian atau pemilik pabrik yang gugup
aku berlari dari hotel ke hotel untuk bisa lelap
tapi setiap ranjang menjelma telpon
yang berdering-dering memanggili namamu.

Di puncak malam bulan sabit tubuhmu
berlayar di angkasa raya. Bintang-bintang
menulis puisi di selembar jiwaku
hingga meriap sajak-sajak
yang tak bisa dituliskan, tak bisa dibacakan.
Hanya halus dengkurmu
yang mampu mendaraskan sajak-sajak itu
dalam kekudusan yang sempurna.