Indra Tjahyadi
: fransisca romana ninik
Kesendirian menguntitku. Kelam yang merangkak
menghisap darahku. Dari Neraka yang begitu
jauh dan tak terbayangkan, kesunyianku meluncur.
Burung-burung bersayap muram terbang diam, tiba-tiba
meledak di ujung mendung.
Kusaksikan bulan memar menyoroti malam. Kusaksikan
gelap yang pekat, kian memekat, membekas di jejakku
yang rapuh. Pernah kutangkap degup nafasmu
yang memabukkan, lantas kutempuh jalan menuju cumbu,
tapi rindu dalam lengang kalbu terlampau pahit, teramat sakit.
Bila musim beringsut, Kasihku, iklim akan mencatat
kesepianku, dan pohon-pohon yang hidup di jam
jam larut akan meneguhkan keterasinganku,
seperti bunyi sumbang dentangan lonceng gereja
di hari Paskah yang tak pernah menyebut nama. Namaku.
Kiranya masih kusimpan sisa kecupmu dalam senyap detak
jantung yang tinggal lelah berbau kubur, meski dalam
tidur, sajakku telah jauh berjalan, jatuh dalam bisu
tak berujung. Tenggelam dalam hampa tak berjuntrung.
Seperti mayat seorang perindu yang membusuk. Serupa aku.
2007