Puisi: Gemercik Gerimis di Retak Nisan – Iwan Simatupang

Iwan Simatupang

Pada satu kemarau berkepanjangan
Di kerajaan padang hanya padang
Bersabda baginda satu hari:

Dari semua degup dan warna berlalu
Satu harus utuh selalu:
Lembut dan putih dari domba

Rakyat gembala segera gali sumur
Peras air dari lumpur
Penyiram hijau padang-padang

Tapi kemarau kian kering kian kering
Bilangan gembala kian hening kian hening
Domba kian kurus kian haus

Pada suatu hari gembala terakhir meninggal
Di sumur-sumur tak setitik air pun tinggal
Baginda dan domba hanya di padang tandus kering

Kini baginda tukar singgasana dengan seruling
Domba demi domba beliau iring
Cari hijau cari penjuru

Tapi kemarau kian kering kian kering
Bilangan gembala kian hening kian hening
Akhirnya hanya baginda yang tinggal

Di satu subuh bercuaca sangsai
Sampai baginda di satu pantai
Tanpa domba tanpa mahkota

Berakhir kini kasih dari singgasana kekeringan
Pada mula dari satu kebasahan
Sedang kemarau kian gerah, kian gerah

Di pantai ada kini nisan dari gembala bangsawan
Yang dalam menunggui kemarau berkepanjangan
– Kian retak kian retak

Akhirnya mengguntur guruh satu senja
Bawa berita dari kemarau mencerah
– gerimis sehembus hanya jatuh

Di jauhan, segumpal mendung iseng berlalu…


Sumber:
Ziarah Malam, sajak-sajak 1952-1967 (PT. Grasindo, Jakarta, 1993)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *