Puisi: Pulang dari Riau – Chavchay Syaifullah

Chavcay Syaifullah

bukan soal kesunyian dan kegelisahan
hujan kecil yang sombong pada tanah tak sampai
membekas jadi biru
kemiskinan yang tua di negeriku akan semakin muda

kuikuti jalan ini sambil kutembus dinding kaca
hujan kecil telah berubah jadi hujan deras
angin dan halilintar merayakan pesta di luar bandara
kesunyian semakin mesra bercakap dengan kemiskinan
kegelisahan sudah pucat di ambang kerusuhan

hang nadim dan syarif kasim diam-diam
menangisi pulau-pulau yang sudah melulur dirinya
dengan musik disko
asap rokok cukong-cukong tua bangka
menyamarkan geraknya yang santun tapi membunuh
sudah berapa wartawan yang mati
di tangan polisi dan tentara suruhannya
dan ia hanya bisa meneteskan jeruk nipis dan sedikit garam
pada luka-luka di tubuh pengabar

perempuan menor bertubuh tambun di sebelahku
tidak henti-hentinya mengirim pesan singkat pada
mahasiswi-mahasiswi melayu yang menyewakan alat kelaminnya
hujan yang tidak membirukan tanah seperti bosan pada angin
tadi syukurlah orang-orang pesisir di bagan siapi-api
masih membakar tongkang di muka rumah ibadah yang merah
aku berharap anak-anak kecil yang belajar gurindam di
tanjungpinang
bisa memberi hidup bagi bahasa
aku bertatap jauh pada cermin mereka!

riau-jakarta, 2012/2016

Sumber: Matahari Cinta, Samudera Kata (Yayasan Hari Puisi Indonesia & Yayasan Sagang, 2016; hal. 1579)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *