Puisi: Tangan Seorang Buruh Batu-arang – Agam Wispi (1930-2003)

Agam Wispi (1930-2003)

trem lari-lari dibawah rintik salju
wajah dalamnya tiada sehijau rumput negeriku
disini dibumi kelabu
hanya pohon natal bagai pagoda
tinggal sendiri
dan sepi
menanti musimsemi

trem lari-lari-anjing dibawah rintik salju
seorang memberi tangannya dan bertanya
darimana kau datang? Afrika? tidak.
Vietnam? Tiongkok?
dia sendiri yang menjawab: apa gunanya pertanyaan-pertanyaan?
Kau-aku datang dari tangan yang bekerja
Dan aku tak-sampai-hati bilang, ya, apalah harga kedangkalan kata
“aku datang dari ribuan pulau rangkaian permata”
jika mutiara terpendam dilaut dalam
jika pohon natal sendiri bagai pagoda sepi menanti musim semi?
tapi ini: kau datang dari tangan yang bekerja

trem lari-lari-anjing dibawah rintik salju
dia diberi tangannya aku beri kantongku
rokok? tidak. api? tidak. coklat? tidak apa yang dia mau?
adakah dingin yang mengendap membuat kalimat
begitu banyak ditidakkan?
atau busa bir dihapus dari bibir
dan orang bisa tertawa riang?

jawaban itu tergores ditangan yang kujabat
kasar, kapalan dan belontengan hitam
tangan itu juga yang mengusap salju dari jendela
dan muka-jernihnya muncul bagai mentari musimsemi
berkata begitu sederhana dan kuat:
aku mau damai

trem lari-lari-aning dibawah rintik salju
hilang dipengkolan dan derunya tinggal jauh
tangan itu masih melambai, dia melambai kepada dunia
karena baginya buruh adalah batuarang
yang dibakar dan membakar
yang apinya menghangati orang-orang yang bercinta
dalam sedikit kata: aku mau damai

 

Sumber: Gugur Merah (Merakesumba, Jogjakarta, 2008)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *