Alex R Nainggolan (l. 1982)
Banjir Sendiri
kembali aku terjebak banjir sendiri
tahu arah pulang
tapi jadi lintang-pukang
di sebuah kota yang tak pernah bisa
untuk sekadar menyimpan masalalu
sejarah yang dianggap sepintas lalu
banjir sendiri
di keramaian orang-orang
menjelma jadi pejalan kaki
lewati parit-parit
lintasi sungai-sungai baru
di jalan raya
wajah-wajah yang kosong
amarah yang pecah
hujan yang terasa semakin panjang
banjir sendiri
terasa sepi itu merenggut dengan diam
di kerumunan
hanya orang-orang
menanti
kapan aliran ini akan susut?
banjir sendiri
sebuah sms di ponsel bergetar
dari seorang kawan,
“hujan, lex. membius! seperti dalam puisi.”
kubalas: “tapi terasa ganas. begitu cemas.”
banjir sendiri
harum rumah di depan mata
tapi jalan pulang
terasa sulit untuk dipegang
setiap ruas jalan berpalang
dengan cecabang sungai
yang coklat dan hitam
tercerai dan legam
Jakarta, 1 Februari 2008