Puisi: Suburbia – T.S. Pinang (l. 1971)

T.S. Pinang (l. 1971)
Suburbia

jantung kota kami telah meledak, melesak hingga ke ujung-ujung
jemarinya. di ujung-ujung jemari kota kami itu kami menjilati remahremah
di pinggir piring-piring makan kami. berserak, bersebaran ke
mana-mana, ke setiap ujung jemari bintang mata angin di ingatan
kami akan pelajaran geografi.

jantung kota kami kian kencang berdetak, kian kami tak punya
halaman untuk menghirup nafas panjang di malam yang gerah oleh
tagihan kerja besok pagi. jantung kota kami kian riuh oleh degup
yang semakin rapat frekuensinya, seperti dentam perkusi yang
merajam nyaris tak ada sela untuk sepotong melodi atau solo viola
atau sekedar jeda.

jantung kota kami kian jauh, dan kami kian menepi kian menenggang
jarak agar kami tak pongah dengan langkah kami yang secepat anak
panah, agar kami tak lengah dan rengkah tergencet badan-badan
mobil berimpit di lampu merah. dan kami kian memanjangkan jarum
jam kami agar kami dapat menghitung liter minyak terbakar di
tungku sepeda motor kami yang kian lama menyala, kian menipiskan
pantat kami saja.

jantung kota kami kian hitam oleh jelaga dari knalpot mesin-mesin
kendara kami, oleh rupa-rupa maksiat dan muslihat, oleh malam
yang telat mengendap. jantung kota kami kian tersengal, kian sering
anfal oleh cuaca nakal atau perhitungan neraca yang gagal.

Sumber: Suburbia (TITIKNOL Project, 2011)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *