• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

T.S. Pinang

Puisi: Suburbia – T.S. Pinang (l. 1971)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

T.S. Pinang (l. 1971) Suburbia jantung kota kami telah meledak, melesak hingga ke ujung-ujungjemarinya. di ujung-ujung jemari kota kami itu kami menjilati remahremahdi pinggir piring-piring makan kami. berserak, bersebaran kemana-mana, […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, T.S. Pinang Leave a comment

Puisi: Puisi dari Warnet Bernama Dini Hari – T.S. Pinang (l. 1971)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

T.S. Pinang (l. 1971)Puisi dari Warnet Bernama Dini Hari (aku dengar nirvana bersama bob marley berdebat dengan guns ‘n roses tentang siapa lebih hebat: beatles atau sheila on 7) dan […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, T.S. Pinang Leave a comment

Puisi: Program Pembangunan: Penggalian Jalan – T.S. Pinang (l. 1971)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

T.S. Pinang (l. 1971)Program Pembangunan: Penggalian Jalan maka kami mencoba ingkari setiap kali, kota kami sungguh rajinmenyakiti tubuhnya sendiri. inikah akibat diet tak sehat bertahuntahun,lalu kini panen penyakit dan organ […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, T.S. Pinang Leave a comment

Puisi: Tuah Batu 5: Mirah Delima – T. S. Pinang (l. 1971)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

T.S. Pinang (l. 1971)Tuah Batu 5: Mirah Delima kamilah merah tanah negeri nyiur berdaun matahari, fajarnya menyala semerah semangat terpahat di kristal delima. mirah rubi yang membakar hawa lapar dan […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, T.S. Pinang Leave a comment

Puisi: Sumur – T.S. Pinang (l. 1971)

Posted on 15 Januari 201727 Juni 2021 by Editor

T.S. Pinang (l. 1971) Sumur di belakang rumah kami menggali liang di mana tergantung nasib hidup kami. dengan airnya kami lunaskan haus seharian, setelah bersitegang dengan timba dan tambang. kadang […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, T.S. Pinang Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani