• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Rita Oetoro

Puisi: Noblesse Oblige – Rita Oetoro (l. 1943)

Posted on 4 April 20184 April 2018 by Editor

Rita Oetoro (l. 1943) Noblesse Oblige menara-menara gading serta atap kristal yang menaungi kita selama ini ternyata semu, sebelum kita hitung – jejak-jejak langkah di terasanya karena sedikit jumlah tahun […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rita Oetoro Leave a comment

Puisi: Hutan Jati – Rita Oetoro (l. 1943)

Posted on 11 Desember 2017 by Editor

Rita Oetoro (l. 1943) Hutan Jati aroma menyengat khas dedaunan jati yang telah lama kukenal, tiada di sini; hanya warna kecokelatan batang-batang dan rerantingan meranggas diterpa angin menderu kering berdebu […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rita Oetoro Leave a comment

Puisi: Meditasi – Rita Oetoro (l. 1943)

Posted on 10 Desember 201710 Desember 2017 by Editor

Rita Oetoro (l. 1943) Meditasi pada akhirnya kita pun pasrah — karena tidak bisa mengusir bayang-bayang kita sendiri   Sumber: Tonggak 3 (Gramedia, Jakarta; 1987); dari Budaya Jaya, No. 76 […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rita Oetoro Leave a comment

Puisi: Keroncong Inferno VI – Rita Oetoro (l.1943)

Posted on 10 Desember 201710 Desember 2017 by Editor

Rita Oetoro (l.1943) Keroncong Inferno VI ingin dengar sebuah anekdot yang tidak lucu? di rumah itu ada sebuah radio merek erres, sebuah masin jahit merek singer dan sebuah sepeda merek […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rita Oetoro Leave a comment

Puisi: Interlude – Rita Oetoro (l. 1943)

Posted on 10 Desember 201711 Desember 2017 by Editor

Rita Oetoro (l. 1943) Interlude — toujours, quand     on connait l’amour     on connait aussi les pleurs —     (dr. h.r. van heekeren +) taman eden yang tersisa — […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rita Oetoro Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (7)
  • Esai (136)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (2,025)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Teks Deklarasi Hari Puisi Indonesia 26 Juli
  • Esai: Apa yang Dibaca Chairil?
  • Puisi yang Bagus (2): Yang Mengantar pada Kematangan
  • Puisi yang Bagus (1): Kemahiran Menggunakan Perangkat Puitika
  • Puisi: Apakah Air Mata Seorang Asing Cuma Air yang Mengalir Membasahi Pipi Mereka Begitu Saja? – Moch Aldy MA
  • Esai: Tugas Seorang Penyair – Hasan Aspahani

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Agam Wispi Agenda Alfiyan Harfi Amir Hamzah Andy Sri Wahyudi Anekdot Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo Husain Landitjing J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan M. Balfas Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Pranita Dewi Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Teks Deklarasi Hari Puisi Indonesia 26 Juli
  • Esai: Apa yang Dibaca Chairil?
  • Puisi yang Bagus (2): Yang Mengantar pada Kematangan
  • Puisi yang Bagus (1): Kemahiran Menggunakan Perangkat Puitika
  • Puisi: Apakah Air Mata Seorang Asing Cuma Air yang Mengalir Membasahi Pipi Mereka Begitu Saja? – Moch Aldy MA

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (7)
  • Esai (136)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (2,025)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani