Nina Minareli
Langit Malam
Lewat pintu belakang maut menggelinjang
Berlari bermil-mil di atas aspal dan koral
Menyelinap di geliat asap, garis-garis tegas
Kabut putih, lembah-lembah, hutan-hutan
Burung-burung, sembunyi di atas bubungan nadi
Angin membaca perih rindu yang jauh
Kota yang sehitam tungku, pagar-pagar hijau
Dinding-dinding kaca, pasar malam yang bisu
Saat kawanku muntah di ujung sepatu
Buronan lari jauh dari kepungan sejarah
Rumah-rumah kertas, rampok besar
Yang mulutnya disumpal granat
Kita tak mudah tidur
Tak bisa bicara, tajam mata sesaat
Menggores bingkai-bingkai jendela, ranting-ranting
Daun-daun dan bayangan bulan di luar kaca
Jam dinding yang meronta, ruh yang resah
Di gelas arak, saat impian saudaraku
Disergap ribuan peluru
Tak mudah untuk menghafal namamu
Membaca jalan kecil dan rambu-rambu
Atau mengeja alamat yang akan dituju
Sandal jepit yang tinggal sebelah, baju putih
Yang telah robek dan lusuh, pada tong sampah
Angin mengirimkan rahasia, jalan-jalan baru
Jembatan-jembatan, dinding beton, terowongan-terowongan
Kereta api yang lewat di atas pancuran kalbu
Semuanya berpihak pada malam yang mendekati kematian.