Lazuardi Adi Sage
bagaimana mengasah sajak di antara lampu-lampu
gemerlap dan orang-orang silih berdansa
di perut sebuah pub pun aku menjaring angan-angan
memintal kesedihan ketika lagu-lagu mengalir deras
bagai sebuah anak sungai
“aku letih berduka,” ujar seorang perempuan. Bolamata-
nya biru terjadring merkuri. Ah, lampu spot yang menari-nari, beri-
kan ia sejumput harapan yang dapat berdansa di pelupuk mata
bagaimana mengasah sajak ketika jiwa menari nari
di atas lantai dansa, ketika kita saling bersapaan dalam ke-
sendirian, ketika satu sama lain saling berdusta
di perut sebuh pub aku meluncur ke dalam kehangatan
yang entah apa namanya, derap musik yang menggemuruh penuh
lautan kesangkisan
di hatiku, di hatiku….
Jkt. 1984
Sumber: Horison, No. 6. Thn. XIX, Juni 1985