Puisi: Laut – Hr. Bandaharo (1917-1993)

Hr. Bandaharo (1917-1993)
Laut

(1)
di malam hati rindu
aku mencari laut
ombak senantiasa bawa kenangan

kapan saja ada kapal datang
lampu-lampunya terang-benderang
tapi kesannya keasingan

di pantai ada pengemis mengulurkan tangan
tanpa wajah tanpa suara
dan kurasa dia saudaraku

ada perempuan menawarkan badan
minta makan bukan cumbu
ada tukang-sate manis menyapa
tapi hatinya mengutuki hidup

malam larut dan bintang satu-satu
di langit jauh tambah jauh

(2)
ah, alangkah banyaknya kenangan
silih-berganti datang dan pergi
sebagai buih dijunjung ombak
terbanting bepercikan di tebing karang
atau tersimbur-serak di pasir putih;
tapi dia datang lagi datang mendompak
girang menari lincah melonjak
kemudian sirna di pantai-pantai;
datang pula menyusul yang baru
yang lama-lama mengabur seperti hilang
untuk kemudian tiada terduga datang menerpa.
tiada yang lenyap, semua mengalir bersama waktu
timbul-tenggelam bertambah indah
bertambah dalam tertanam di sanubari.

(3)
ya, tanyakanlah pada laut tentang sungai-sungai
karena semua sungai menyatu ke laut
tanyakanlah pada laut tentang pantai-pantai
karena semua pantai dicium laut

tanyakanlah pada laut tentang kapal-kapal
karena semua kapal didukung laut
sejak Bahtera Nabi Nuh
sampai pun Kapal Tujuh;
tanyakanlah pada laut tentang nakhoda-nakhoda
tentang lanun menjelajahi samudra-samudra
tentang penderitaan dan kegigihan nelayan-nelayan
tentang yang berkubur tanpa keranda
tentang kekasih berdekapan menghadapi maut

tanyakanlah tentang kesunyian pada laut
tentang nyanyian yang tiada berkesudahan
tanyakanlah tentang asal yang bernyawa
tentang binatang-binatang satu sel dan lumut-lumut.

(4)
ah, semata kerinduan melahirkan cinta pada laut
kerinduan pada yang jauh-jauh
kerinduan pada yang lampau-lampau
dan kerinduan akan jawaban
atas tanya hati sendiri.

tapi laut membisu
dia hanya memberikan tamsil

(5)
laut itu laksana telaga-anggur kehidupan
seteguk daripadanya membikin lupa daratan
tapi yang cinta padanya dan mengenalnya
tiada puas-puasnya meneguk
tanpa menjadi mabuk.

Priok, Maret 1962

Sumber:   Lintasan Ingatan dalam dari  Aku Hadir di Hari Ini (Ultimus, Bandung; Cet. I, 2010)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *