Puisi: Dewa Dapur Chao Kung – Tan Lioe Ie

Tan Lioe Ie

Rasa malu mengantar tubuh
Jadi abu. Maka dewa dapurlah ia
Bermata api bertubuh asap
Menyelinap di anglo dan panci
Bersiul teko, berdendang dandang
Mengendap-endap di antara lengkuas, jahe, cabai
Sepanjang tahun menyusun laporan rahasia
Tentang penghuni rumah berdapur
Bisa sepedas cabai, bisa segurih gulai
Bisa semanis gula, bisa sepahit pare
Bisa pula sejernih air atau segelap jelaga

24 Cap Ji Gwee, asap tubuhnya menjadi awan
Membumbung ke istana langit
Melapor kepada kaisar langit. Perempuan
Masih saja perempuan yang banyak dilaporkan
Lalu lelaki? Dan yang tak berumah, tak berdapur?

4 Cia Gwee, bersama angin barat
Menukik ia melintasi naga ekor api
Pilar penyangga langit
Kembali ke dapur-dapur
Menyusun laporan baru
Berkah bagi si baik, hukuman bagi si jahat

Tapi si busuk hati, penguasa tamak
Pandai berkelit
Tahta darah berlimpah harta
Mencuri lebih mahir dari tuyul
Banyak yang dikelabui
Pun Chao Kung

Musim berganti
Dapur beralih rupa
Chao Kung semakin uzur
Mata api meredup
Saatnya diganti dewa muda
Yang tak dapat dikelabui
Menjaga alasan memuja dewa
Dan berkah bagi si baik, hukuman bagi si jahat

Ket.
– 24 Cap Ji Gwee = tanggal 24 bulan 12 Imlek
– 4 Cia Gwee = tanggal 4 bulan 1 Imlek


Sumber:
Cahaya Malam Lampion (PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2005)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.