Hasta Indriyana (l. 1977)
Dalam sebotol infus, ibu, bahasa manusia adalah
Memaknai tubuh satu-persatu
Diurai sambil mengingat doa-doa masa kecil
Kupikir yang menetes itu bukan air mata
Dari matamu, bukan keringat malaikat, atau
Darah keturunan-keturunan. Barangkali kalau aku
Boleh mengandaikan, semacam tetas gerimis
Di genteng yang dulu pernah
Kutampung dalam baskom lalu kubawa masuk
Ke kamar dan sebuah perahu kertas yang
Lama kusiapkan keletakkan di atasnya
Ibu, lalu kita berperahu
Di sela tetes-tetes gerimis, “Lihatlah itu.
Dataran jauh itu, kita bakal ke sana menjauhi
Pulau sakit ini!”
Ah, di antara mekar teratai, bunyi rintik-rintik itu,
Akan kita lewati hilir dan muara yang sempit
Mungkin menyakitkan
Tapi dokter bukan tuhan. Ia baru
Berjalan ke ruang ini sambil menjinjing
Perahu, dua batang dayung bersama perawat-perawat
Cantik mirip peri yang semalam kuimpikan
RSUD Wonosari, 2003