Puisi: Kedatangan Ahmed Kamiel – Heru Joni Putra

Heru Joni Putra

Akan ada zamannya, ketika diketahui
Bahwa penyair Yori Kayama
Hanya fiktif belaka: ia bahkan tak ada dalam
Sesuatu yang Tak Akan Terlihat.

Lalu orang-orang, dengan menyumpah dalam hati,
Menghapus silsilah
Yang telah dirangkai dijalin-jalin untuknya,
Serta membiarkan Ahli Sejarah meragukan
Catatan tentang dirinya,

Dan dengan tabah, membirukan setiap bait puisi
Yang kata orang ditulis olehnya,
Agar tak lagi terbaca pada langit di pagi manapun.

Lalu akan datang seorang lelaki mengumumkan diri,
“Namaku Ahmad Kamiel. Aku adalah lelaki pengagum jibril;
Kata-kataku, setidaknya, akan separuh benar.”

Orang-orang mengerubuinya, seperti mengerubungi
Panglima perang yang mati-berdiri di medan laga.
“Pada suatu zaman nanti, akan ada sebuah negeri,
Yang mana dalam kitab mereka,
Aku disebutkan sebagai penyair.
Kata-kata dalam diriku bergerak bebas
Berkeliaran tak menentu. Getaran dalam diri kalian
Akan menyusunnya menjadi sebuah doa untuk kita bersama.”
Ahmed bersabda.

Sayang sekali Ahmed Kamiel tak mengendarai kuda,
Sehingga siapapun tak akan membayangkan bahwa ia
Datang seperti seorang ksatria yang tersisa
Dari perang bertahun-tahun lamanya.
Ahmed juga tidak berjalan jauh layaknya musafir,
Sehingga siapapun akan termasuk ke golongan
Orang-orang yang berlebihan
Bila mengutamakan pertolongan padanya.

Lalu padanya, orang-orang segera berkisah
Tentang Penyair Yori Kayama.

“Sesungguhnya ia adalah penyair yang dirajam
Dalam goa Tak ada dan ia adalah pengembara
Yang berasal dari lembah Barangkali.”
Ahmed mendengarkan; dalam mengangguk
Ia menggeleng.

Sekali lagi, tentang Kayama, “Sebenarnya ia hanyalah
Tokoh utama dari sebuah hikayat yang, atas izin Tuhan,
Tak akan sempat tercipta.”

Ahmed mendengarkan; dalam menatap
Ia tertawa.

Kuranji, 2013

Sumber: Kompas, 25 Agustur 2013

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *