Puisi: Masak – Aldri Fajar (l. 1994)

Aldri Fajar (1994)
Masak

Ibu adalah penyair di depan wajan.
Kita tiap hari menyantap sajian sebagai syairnya.

Hari daging disajikan dalam potongan kecil
tanpa meminta kita menyisihkan untuk orang lain.

Tak semua suka ikan. Namun tak ada hidup nikmat
Tanpa menelan duri atau menghirup amis.

Sejak bocah, Ibu mencomblangi kita dengan sayuran.
Kelak, pahitnya serupa kekasih yang enggan beranjak:
Pilihan terakhir adalah mencintai dengan tunak.

Ada pula hari kita ingin melihat ibu memasak, namun hanya ada
Tahu dan sambal sambil kita mengingat ungkapan ”zaman susah
Dulu, makan hanya berlauk sambal dan garam.”

Sebelum membaca sajak ini, kita mungkin ingat merasakan
Senyum Ibu sehangat bubur kacang hijau di pagi hari.

Kita menyantap sajian sebagai syairnya tiap hari.
Di depan wajan, Ibu memang penyair.

Sumber: Penakota.id, 17 September 2019.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.