Puisi: Membaca Masa Lalu – Nurhayat Arif Permana (l. 1969)

Nurhayat Arif Permana (l.1969)
Membaca Masa Lalu

“Aku sudah melepaskanmu, dayang,”
katanya ketika membaca Skenario tebal
sehabis merapikan Nostradamus.
Tampaknya dia kehabisan daya setelah
bergumul dengan sejumlah kesengsaraan.
Hari ini adalah hari menjelajah kembali
jalanan kemarin. Ada yang ingin diubahnya
malam berkabut penuh angin serta pikiran
amat lelah.

Engkau barangkali juga berkemas membuang
serpihan demi serpihan kegelisahan dan
akal sehat. Pantai ataukah daun-daun cemara
itukah yang tengah mengusik masa lalunya.
“aku telah berganti rupa sejak kubaca
kembali sajak-sajak dari rahimmu,”
dia meyakinkan jemarinya yang terus-menerus
gemetar bila membayangkan helai rambut
berjatuhan.

“Masa lalu itu,” barangkali
Nostradamus yang membisikinya,
“apakah senantiasa berulang
dan menciptakan ketakutan baru?”

Palembang, 11/2001

 

Sumber: Stanza Lara (Ladang Pustaka, Yogyakarta; 2011)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.