Asep Drajat
kenangan bisa dipotong
di hadapan cermin itu, olehmu
orang-orang mulai mengantre
untuk duduk tertunduk.
memintamu memotongkan kenangan buruk,
merapikan kesedihan di kantung mata
yang terus menghitam.
kau tetap tabah
menatap helai demi helai nasibmu
yang berjatuhan bersama rambut.
suara gunting menjerat beribu-ribu
lembar rambut,
mengingatkan pada detak jarum jam
yang menghapus jejak usia.
kau masih setia memangkas kesepian
yang tumbuh di pikiran orang-orang.
ketika mereka merasa tak lagi
membutuhkan ujung perjalanan,
yang berjuntai
seakan melambai menuju tanah kematian.
2013
Sumber: Nun – Sebuah Antologi Puisi (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2015)