Puisi: Orang Tenggelam – Mardi Luhung

Mardi Luhung

buat lan fang

        Istriku adalah ikan yang kuat. Selalu melesat
di antara bunga, kepiting dan remukan terumbu
di kedalaman. Di kedua lengannya ada sirip warna-
warni. Setiap melesat, barangkali pelangi selalu
diserakkannya. Sinarnya selalu membungkusnya. Istriku
pun berkebatan. Tiga ratus anak-anak laut membuntuti.
Anak-anak laut yang separuh badannya adalah ikan.
Dan separuhnya lagi adalah kemontokan keremajaan.
Seperti kemontokan gadis-gadis pinggir pantai.
Yang percaya pada maut di lautan. Istriku selalu bermain
dan menyusui. Rasanya dunia adalah mimpi.
Dan matahari dan bulan adalah tempat dia berdoa.
Katanya: “Ada tuhan di sana, pakaiannya indah, selalu
menabur makanan dan minuman, juga rejeki bagi yang
di darat dan di laut,” Istriku jika malam selalu pulang.
Tubuhnya benderang di kegelapan. Dan aku yang
menantinya di tanjung dapat melihatnya. Bahkan
sebelum mendarat, diseretnya aku ke pelukannya.
Tubuhku basah, hatiku basah. Dan kecipak debur pun
seperti tamburin yang ritmis. Tapi paginya: mengapa aku
dan istriku mengambang? Dan sekian orang ribut
dan mewarta: “Orang mana yang tenggelam
tanpa sebab ini? Siapa namanya? Darimana dia berasal?
Dan mengapa segenap badannya warna-warni?”
Dia memeluk sebuah boneka yang Cuma sebatas
pinggang…

Gresik, 2006

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *