Amarzan Ismail Hamid (l. 1941)
Penyair
seperti bisa kubaca seluruh dendam kasihmu
orangtua sederhana yang letih mengembara,
dalam pertemuan di senja ini
teratak tua dilindungi rindang bambu
sedang mei-hua belum berbunga
musim dingin belum tiba.
seperti kurasakan seluruh kutuk kebenciannya,
raja-raja perang berpesta diatas bangkai petani kelaparan
sedang nelayan harus menyelami sungai yang-tse
kala salju turun menimbum bumi,
dalam pertemuan di senja ini
desa lengang ditingkah dendang petani.
0, penyair yang mati di perahu
betapapun tak kau lihat dalam tidur abadimu
wajah merah Tiongkok kini,
namun sair dan kenangan telah terpahat
di hati mereka yang lagu dukanya kau dendangkan
dan yang kini menggenggam kemenangan
12 Oktober 1964
Sumber: Gugur Merah (Merakesumba, 2008)