Edy Firmansyah (l. 1980)
Puisi
bagaimana bisa menulis puisi
jika tibatiba anak berak di celana
karena sudah dua hari diarenya tak juga reda
bau busuk menyeruak ke manamana,
cairan tinja netes di lantai
dari celana anakku
yang terus menangis di ranjang, karena
ditinggal mengepel lantai
sementara istri terlambat pulang
katanya rapat sekolah belum usai
bagaimana bisa menulis puisi
tentang siluet gunung
tentang kristal garam yang berpendar
dan ombak laut berkejaran
di siang garang
dalam perjalanan pulang,
ketika kabar duka datang
tetangga sebelah mati
mengiris nadi sendiri
lantaran uang arisan digarong orang
bagaimana bisa menulis puisi
dengan katakata indah
ketika yang lahir hanya serapah;
Cok!
hargaharga membumbung tinggi
korupsi dan kejahatan korporasi jadi lumrah
di tengah kemiskinan yang parah
Cok!
penggusuran menjadi-jadi
sementara para kiai
sibuk berdebat tentang kiblat
yang serong ke kiri
ah, puisi
mungkin sekadar sublimasi
menghadapi persoalan hidup seharihari
agar tak mati bunuh diri
atau misalnya harus menyerah
pada maut esok atau lusa
aku tak sepenuhnya musnah
ditimbun sejarah
Suramadu, 2 Agustus 2010
Sumber: Derap Sepatu Hujan (Indie Book Corner, Yogyakarta; Maret 2011)