Afrizal Anoda
Di jembatan Han, Seoul
ternyata aku bukan kanak-kanak lagi
berputar-putar di atas Semanggi
Ketika hujan salju menderai
meliput jalan ke mana-mana
aku tak mendengar apa-apa lagi
ternyata.
Di kantin Youndengpo-Ku
Mama penjual ayam
menawarkan kopi panas,
“Lima puluh Won saja, Anoda!”
katanya.
Kemudian kita kunyah saja ayam
sambil menghirup kopi pahit.
(Di gardu depan, seorang serdadu
menyuruhku pulang).
“Bersembunyilah di balik selimut
ibumu sendiri, di kampung panas!”)
Di Jembatan Han, Seoul
kau di sebelah kiri
aku di ujung kanan
membelah kota dua bagian.
Sumber: Horison, No. 6. Thn. XIX, Juni 1985