Puisi: Seandainya Kita Menua – Irvan Syahril (l. 1997)

Irvan Syahril (l. 1997)
Seandainya Kita Menua

I.
Seandainya kita menua, tiada lagi selembar tiket wisata
yang memanjakan tulang-tulang. Dari loket ke loket
pastinya kita diminta duduk dan membaca himbauan.

II.
Hari-hari kita tulis pesan yang mungkin kelak dibaca
entah siapa. Dalam pesan itu tak ada lagi basa-basi
dan mungkin cuma ungkapan takut berjalan sendiri.

III.
Kita selalu mencurigai celah jendela dan ketuk pintu
jika yang datang pada saat yang kurang tepat itu ialah ajal
dan kita belum sempat mengucap selamat tinggal.

IV.
Tiada lagi obrolan perihal pengorbanan atas cinta ini
setiap waktu kita hanya mengira sesuatu diambil segera,
dan pada waktu krusial kita mencintai ketiadaan.

2019

Sumber: buruan.co, 30 Januari 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *