Dwiarti Mardjono (l. 1935)
Suara Malam
bukanlah daerahnya kini
di mana api terlalu bersombong diri
tiada huma semayam yang tenang
bertumpunya cinta
bertumpunya cita
datang juga saatnya paling bunyi
selalu memisahkan percakapan
tinggalkah kewajiban yang belum terjelma
cerita yang ada
curahan perjoangan siang dan malam
biarlah mengantarnya da mengayun
di lelap tidurnya
biarlah, sehrian sudah dbuai kelelahan
dan diterimanya tangan-tangan suci
karna ini menyurutkan kerisauan
karna ini ketenteraman
karna ini bahagianya
Surabaya, 1962
Sumber: Tonggak 2, Linus Suryadi, ed.; Gramedia, 1987.