Budhi Setyawan
ada percik tafsir yang mengalirkan panas
menerpa dinding kamar mengunggah cemas
tidurmu dengan lumuran gelebah gelisah
di hampar malam yang mengawetkan kesah
terpisah dari kata yang menyusun percakapan ramai
tersapih dari tawa masa kanak yang rinaikan derai
beruntun terbit gumam yang mencari pelegaan
seperti guntur yang tak lupa memetik sahutan hujan
tanganmu meraih bayang di tingkap ingin
namun yang kaudapat cuma rabaan angin
di luar masih terang dan jalanan dalam riang deru
dalam kepalamu bersemayam kelam sepi yang batu
hanya sosok doa sanggup terus berjalan
tak letih terus mengetuk pada pintu keajaiban
pangkal matamu terus mencipta sungai
keperihan meluap padam malam yang sansai
Jakarta, 2014