Nursjamsu Nasution (1921-1955)
Tandus di Tanah Subur
Aku menangis di hati
Demi mata memandang
Ketandusan di balik kesuburan
Meratapi tanah gundul, jalan yang bencah
Dirintang semak menusuk
Di sana perkubangan kerbau, bau busuk
Di tempat orang lalu
Manusia mati sebelum mati
Membangkang di samping memeluk kebodohan
Malas karena penyakit adat yang melemah
Tenggelam dalam kesibukan cari makan
Usaha semua kandas, sebelum diusahakan
Aku berjalan payah, dalam bencah
Setelah usaha dikandaskan kepicikan
Perlahan mendaki pendakian di punggung bukit
Nafas terengah, suara parau merayu.
Semua jalan lambat
Bagai penari melenting meliukkan tubuh
Sibuk cuma dalam melempar cindai dan
geleng kepala
Demikian cerita tanah tandus di tanah subur.
Sumedang, April 1954
Sumber: Kesusasteraan Indonesia di Masa Jepang; H.B. Jassin, ed. (Balai Pustaka, 1948)