• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Afrizal Malna

Esai: Lima Pasal Afrizal

Posted on 29 Juni 202129 Juni 2021 by Editor

Lima Pasal Afrizal Diposkan pada  OleOleOleOO Oleh Hasan Aspahani   DI buku “Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing” (Bentang Budaya, Cetakan I, 2002) Afrizal Malna mengumumkan semacam kredo, semacam sikap […]

Posted in Esai Tagged Afrizal Malna, Esai Leave a comment

Puisi: Mikropon yang Pecah – Afrizal Malna

Posted on 22 Februari 2017 by Editor

Afrizal Malna Mereka pernah keluar dari kota kecil itu, sebuah pengeras suara dengan pendengar yang sunyi.  Setelah itu mereka tak pernah kembali lagi.  Kota kecil itu kini jadi kata tanpa […]

Posted in Puisi Tagged Afrizal Malna, Puisi Leave a comment

Puisi: Tamu Misterius – Afrizal Malna

Posted on 23 Januari 201723 Januari 2017 by Editor

Afrizal Malna Sayang sekali puisi ini telah dihapus ketika aku akan membacanya. Seperti udara lembab yang menarik lenganku untuk memegang yang akan jatuh. Ada apa dengan menghapus? Lem, gunting, benang […]

Posted in Puisi Tagged Afrizal Malna, Puisi Leave a comment

Puisi: Apartemen Identitas – Afrizal Malna

Posted on 4 Januari 20174 Januari 2017 by Editor

Afrizal Malna Aku ingin bisa melihat angin. Melihatnya. Menggenggamnya. Menatapnya. Menghembuskan setiap pecahan aku ke aku yang lain. Biji-biji bahasa berjatuhan. Seseorang melihatku melalui mata sebuah bangsa dari jendela apartemennya, […]

Posted in Puisi Tagged Afrizal Malna, Puisi Leave a comment

Puisi: SEMINAR PUISI DI SELAT SUNDA – Afrizal Malna

Posted on 29 Desember 201629 Desember 2016 by Editor

Afrizal Malna Untuk Goenawan Mohamad Sebuah meja malam dari kayu, bekas puntung rokok yang hangus di permukaannya. Kita makan bersama. Malam yang samar-samar di tengah kota. Sebuah revolusi yang berganti […]

Posted in Puisi Tagged Afrizal Malna, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani